Sebelum kearah bunuh diri mari kita kenali dulu salah satu kondisi psikologis pencetusnya yaitu depresi. Beberapa pengertian depresi menurut para ahli :
Menurut Rice PL (1992), depresi adalah gangguan mood, dimana kondisi emosional yang berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku) seseorang. Pada umumnya mood yang secara dominan muncul adalah perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan.
Menurut Kusumanto (1981) depresi adalah suatu perasaan kesedihan yang psikopatologis, disertai perasaan sedih, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang menuju kepada meningkatnya keadaan mudah lelah yang sangat nyata sesudah bekerja sedikit saja, dan berkurangnya aktivitas. Depresi dapat merupakan suatu gejala, atau kumpulan gejala (sindroma).
Menurut Kartono (2002) depresi adalah kemuraman hati (kepedihan, kesenduan, keburaman perasaan) yang sifatnya patologis. Biasanya timbul oleh; rasa inferior, sakit hati yang dalam, penyalahan diri sendiri dan trauma psikis.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa depresi merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami gangguan mood yang berkepanjangan, sehingga dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, hilangnya minat beraktivitas. Berbagai dampak dari depresi seperti terhambatnya aktivitas sehari-hari, perasaan tidak berdaya bahkan dapat menyebabkan bunuh diri.
Lalu mengapa Pria cenderung melakukan bunuh diri sedangkan Perempuan cenderung melakukan percobaan bunuh diri?
Mari kita lihat dari berbagai sudut pandang :
1. Sudut Kecerdasan Emosi,
Dari sudut pandang pengolahan emosi atau kecerdasan emosional, perempuan cenderung lebih cerdas dalam mengolah perasaan yang dialami. Parawanita lebih expresif dalam memperlihatkan kondisi perasaannya, misalnya saja ketika sedih para wanita tidak segan untuk menangis meskipun didepan umum. Menangis dalam situasi yang tepat membuat perasaan lebih lega dan sehat secara mental. Sementara laki-laki cenderung “gengsi” untuk memperlihatkan kondisi perasaannya. Para pria cenderung memendam perasaan mereka, dan menahan perasaan.
2. Pola Asuh Budaya
Dari sudut pandang ini, jika dicermati budaya kita secara tegas membagi peran sosial gender laki-laki dan perempuan. Sejak kecil persepsi ideal antara laki-laki dan perempuan sudah dibentuk oleh lingkungan dan orang tua. Misalnya, sering kita mendengar bahwa perempuan boleh menangis sementara laki-laki tidak. Sehingga, laki-laki cenderung tidak pandai dalam mengolah emosi mereka.
Bagaimana kaitan keduanya?
Dari dua sudut pandang itu, dapat di jelaskan bahwa ketika dalam kondisi tertekan para wanita tidak jarang untuk mau berbagi perasaan dan mengeskpresikannya dengan tepat. Sementara para pria cenderung untuk diam, alih-alih bergerak kearah egresifitas. Ketika kondisi semakin menekan, para wanita cenderung melakukan percobaan bunuh diri. Hal ini karena sebelum melakukan bunuh diri, para wanita memberi pesan terlebih dahulu, member “kode” bahwa dirinya akan melakukan bunuh diri. Kode ini diberikan sebagai tanda bahwa dirinya membutuhkan pertolongan, tidak jarang untuk menarik perhatian pasangannya. Sementara pada laki-laki cenderung bertahan pada situasi menekan, hingga taktertahan kemudian agresi yang dimilikinya berdampak untuk lebih yakin untuk melakukan bunuh diri. Penting bagi kita, untuk mengasuh dan mulai membiasakan diri untuk mengolah perasaan. Mulailah dari hal-hal yang dapat kita lakukan seperti bercerita pada sahabat, meditasi, yoga, konsultasi ke psikolog atau berexpresi sesuai situasi dan kondisi.
0 komentar:
Posting Komentar