Laman

Rabu, 17 Oktober 2012

Mekanisme Moral untuk Memisahkan Tindakan Tercela dengan Pencelaan Diri



A. Bandura (tokoh Behaviouristik)
      
    Setiap orang pernah melakukan kesalahan. Hal itu normal adanya dalam kehidupan. ketika manusia melakukan tindakan tercela, mereka akan melakukan sebuah mekanisme untuk membela diri atau menghindar dari situasi yang tidak menyenangkan atas perilaku mereka. Dalam ranah Psikologi berbagai perilaku tersebut dapat diprediksi dengan melihat apa mekanisme apa yang dilakukan salah satunya menurut ahli Psikologi Behaviouristik A. Bandura
  Bandura berpendapat bahwa perilaku manusia tidak seluruhnya konsisten. Manusia itu di pengaruhi lingkungan. Dengan kata lain, Bandura percaya bahwa perilaku manusia di tentukan oleh situasi tertentu dan interpretasinya akan situasi tersebut, bukan oleh tahapan perkembanganya, oleh ciri bawaanya, atau oleh tipe orang tertentu.
           Contoh terbaik dari perilaku situasional adalah moralitas. Meskipun seseorang memiliki prinsip moral yang kuat ada beberapa mekanisme yang dapat di pakai untuk memisahkan tindakan tercela dengan pencelaan diri. Mekanisme ini memungkinkan seseorang melanggar prinsip tanpa perlu merasa bersalah, mekanisme itu antara lain:
1.  Justifikasi moral
            Tindakan yang tercela itu bmenjadi cara untuk mencapai tujuan yang lebih luhur dan karenanya dibenarkan. Contohnya seperti : saya mencuri untuk memberi makan keluarga.
2.  Pelabelan eufemistis
            Menyebut tindakan tercela sebagai sesuatu yang lain sehingga dapat melakukannya tanpa rasa bersalah. Contohnya, adalah ketika tentara sewaktu berperang, dia di bentuk pikirannya kalau membunuh bukanlah sebuah hal yang kejam, melainkan suatu kewajiban yang harus dilakukannya sebagai warga negara. Dan juga dengan begitu maka membunuh akan dianggap sebuah pekerjaan yang mulia.
3.  Perbandingan yang Menguntungkan
            Membandingkan tindakannya dengan tindakan orang lain yang lebih bengis, sehingga tindakan tercelanya tampak lebih baik. Dalam artian seperti, ‘’ jelas saya melakukannya, tetapi orang itu jauh lebih buruk.’’
4.  Pengalihan Tanggung Jawab
            Beberapa orang dapat melanggar prinsip moral mereka jika mereka merasa di perintah oleh otoritas dan karenanya merupakan tanggung awab yang memberi perintah. Contohnya : para prajurit nazi yang membunuh jutaan orang. Ketika diminta pertanggung jawaban, mereka menjawab kalau mereka hanya diperintah.
5.  Difusi Tanggung Jawab
            Ketika banyak orang yang bertanggung jawab, yakni ketika ada penyebaran tanggung jawab, maka individu tidak akan merasa bertanggung jawab.
6.  Pengabaian atau Distorsi Konsekuensi
            Orang mengabaikan akibat dari perbuatan yang mereka lakukan, sehingga mereka tidak perlu merasa bersalah.
7.  Dehumanisasi
            Ketika beberapa individu dianggap manusia rendahan, maka mereka bisa saja diperlakukan secara tidak manusiawi tanpa perlu erasa bersalah.
8.  Atribusi Kesalahan
            Seseorang selalu dapat menyebut sesuatu yang dikatakan atau dilakukan korban sebagai alasan untuk bertindak keras atau tercela. Contohnya seorang pemerkosa, menyalahkan korbannya juga bertanggung jawab atas pemerkosaan itu, karena dia memakai pakaian seksi sehingga mengundang orang ntuk melakukan pemerkosaan.
membela diri

Refleksi : Coba diingat perilaku apa yang pernah anda lakukan terkait dengan tindakan tercela dan pencelaan diri? lalu anda menggunakan mekanisme yang mana?

Sumber :  Hergenhanhn, B. R., dan matthew H. Olson. 2009. Theories of Learning (Teori Belajar) edisi tujuh. Jakarta : Kencana.

0 komentar:

Posting Komentar